Tahukan anda Tradisi yang sering dilakukkan oleh masyarakat pulau
Lombok, disini sering disebut dengan tradisi Bau Nyale. Nyale tersebut
di maksudkan hewan kecil, yang nantinya ditangkap oleh masyarakat dan
dapat dikonsumsi. Konon katanya Tradisi ini diambil dari suatu dongeng
atau legenda masa lalu.
Bau Nyale adalah sebuah pesta Rakyat yang secara rutin dilakukan
setiap tahun Uapcara ini dilakukan atas dasar sebuah cerita legenda/
cerita rakyat yang berkembang di Daerah Lombok Tengah bagian selatan
tepatnya pada masyarakat komunitas Pujut.
Pujut adalah sebuah nama Kecamatan yang merupakan bagian dari wilayah
Kabupaten Lombok Tengah, berada pada posisi selatan/tenggara dari titik
Ibu Kota Lombok Tengah ( Praya ) dengan jarak tempuh sekitar 15 km
menuju selatan. berikut ini gambaran dongeng menurut cerita zaman
dulu..?
menurut kebiasaan masyarakat dalam melakukan upacara ini dilaksanakan
di Pantai Seger Kuta (Pantai selatan) konon cerita bahwa Seorang Raja
bertahta disebuah Kerajaan bernama Kerajaan Tunjung Bitu dalam lontar
tertulis dengan literatur Jejawen Tonjeng Beru, Sang Raja memiliki
seorang Putri cantik jelita, cerdas dan bijak, Putri Raja itu bernama
Putri Mandalika kelebihan yang dimiliki Sang Putri tersebar keseluruh
kerajaan bahkan sampai di Negeri sebrang, Sang Raja bersudara tujuh
orang dan masing-masing memimpin kerajaan, diantara semua Raja-raja yang
mengetahui adanya Putri yang sangat cantik di Kerajaan Tunjung Biru,
akhirnya mereka memerintahkan Putra Mahkota masing-masing untuk meminang
Putri Mandalika
Saking arif dan buijaknya Sang Putri, semua Putra Mahkota yang datang
melamarnya disanggupi, diluar kesadaran Sang Putri, bahwa sikapnya itu
sikap yang kurang baik dan akan menjadi riskan bagi dirinya, sebagai
seorang Putri Raja, Putri Mandalika memiliki prangai pendiam, sulit
untuk mengutarakan permaslahan yang sedang dihadapinya, akhirnya semua
tunangannya itu disanggupi pada tanggal dua puluh bulan sepuluh
penanggalan Sasak, dimana pada waktu yang ditentukan Sang Putri tersebut
adalah bulan-bulannya musim penghujan.
Tiba saatnya janji Sang Putri tersebut, maka semua Putra Mahkota
datang bersama pasukan pengawalnya dengan membawa harta lamaran
masing-masing, tidak dapat dielakkan lagi pertempuran terjadi
disepanjang jalan menuju Tonjeng Beru sebagai akibat dari janji kolektif
yang diucapkan sang putri kepada semua calon suaminya, Sang Putri
mendengar berita tentang terjadinya pertempuran dalam perjalanan, Sang
Putri semakin panik bahkan gusar sekali, akan tetapi walau demikian yang
dipikirkan Sang Putri tidak akan mencetuskan perasaannya hatta kepada
dayangnya sekalipun apalagi akan minta pendapat dari Sang Raja
(ayahandanya).
Adalah hal yang sangat tidak disangka keputusan yang diambil dalam rangka mempertahankan konsistensinya, Sang Putri menceburkan dirinya kelaut yaitu tepatnya di pantai Segter, ketika SangPutri menceburkan dirinya ke laut itu, Putri Mandalika berpesan kepada segenap yang hadir dengan ucapan :
Adalah hal yang sangat tidak disangka keputusan yang diambil dalam rangka mempertahankan konsistensinya, Sang Putri menceburkan dirinya kelaut yaitu tepatnya di pantai Segter, ketika SangPutri menceburkan dirinya ke laut itu, Putri Mandalika berpesan kepada segenap yang hadir dengan ucapan :
Wahai Kakanda-kakandaku yang sangat aku cintai dan kasihi, serta
seluruh kalewarga Kerajaan Tonjeng Beru / Tunjung Biru aku ini telah
melakukan kesalahan ( Nyalaq) karena semua kakanda-kakandaku adalah
Satria yang gagah berani dan sakti mandraguna, disamping itu aku sangat
mengasihi kalian sebagai kalawarga Tunjung Biru, jika aku diboyong oleh
salah seorang kesatria yang ada ini, jelas akan timbul pertumpahan darah
dan aku tidak akan bersama lagi dengan kalian, hal ini yang tidak dapat
aku lakukan dan tidak akan pernah ada dihati dan pikiranku, sebagai
seorang putri Raja yang konsekwen (Tindih) tidak akan pernah mengingkari
janjinya, maka untuk memnuhi janji yang pernah aku ucapkan, maka aku
akan menceburkan diri dilaut selatan ini, kelak pada tanggal 20 bulan 10
penanggalan Sasak, aku akan muncul dengan wujud lain agar semua orang
tidak ada kecuai akan menikmati dan merasakan kehangatanku
Begitu ucapan Sang Putri berakhir, pada saat itulah Sang Putri
menceburkan dirinya kelaut, sebagai mana fatwa Sang Putri, hingga saat
ini oleh masyarakat komunitas Pujut khususnya setiap tahun selalu
merayakan pesta Bau Nyale sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
oleh karena event ini tetap diselenggarakan oleh masyarakat bahkan juga
dari luar Daerah juga ikut partisipasi, maka Pemda Kab. Lombok Tengah
memperhatikan ini sebagai asset budaya yang setiap penyelenggaraannya
telah menjadi koor event kegiatan budaya nasional.
sumber : https://www.google.co.id/search?hl=en&site=imghp&tbm=isch&source=hp&biw=1360&bih=632&q=gambar+bau+nyale&oq=gambar+bau+nyale&gs_l=img.3...147.4109.0.4482.15.3.0.12.12.0.239.390.0j1j1.2.0....0...1ac.1.54.img..13.2.389._kcXgqN7Iw8