Kamis, 25 September 2014

Tradisi Bau Nyale – Suku Sasak

                                               

Tahukan anda Tradisi yang sering dilakukkan oleh masyarakat pulau Lombok, disini sering disebut dengan tradisi Bau Nyale. Nyale tersebut di maksudkan hewan kecil, yang nantinya ditangkap oleh masyarakat dan dapat dikonsumsi. Konon katanya Tradisi ini diambil dari suatu dongeng atau legenda masa lalu.

Bau Nyale adalah sebuah pesta Rakyat yang secara rutin dilakukan setiap tahun Uapcara ini dilakukan atas dasar sebuah cerita legenda/ cerita rakyat yang berkembang di Daerah Lombok Tengah bagian selatan tepatnya pada masyarakat komunitas Pujut.

Pujut adalah sebuah nama Kecamatan yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Lombok Tengah, berada pada posisi selatan/tenggara dari titik Ibu Kota Lombok Tengah ( Praya ) dengan jarak tempuh sekitar 15 km menuju selatan. berikut ini gambaran dongeng menurut cerita zaman dulu..?

menurut kebiasaan masyarakat dalam melakukan upacara ini dilaksanakan di Pantai Seger Kuta (Pantai selatan) konon cerita bahwa Seorang Raja bertahta disebuah Kerajaan bernama Kerajaan Tunjung Bitu dalam lontar tertulis dengan literatur Jejawen Tonjeng Beru, Sang Raja memiliki seorang Putri cantik jelita, cerdas dan bijak, Putri Raja itu bernama Putri Mandalika kelebihan yang dimiliki Sang Putri tersebar keseluruh kerajaan bahkan sampai di Negeri sebrang, Sang Raja bersudara tujuh orang dan masing-masing memimpin kerajaan, diantara semua Raja-raja yang mengetahui adanya Putri yang sangat cantik di Kerajaan Tunjung Biru, akhirnya mereka memerintahkan Putra Mahkota masing-masing untuk meminang Putri Mandalika

Saking arif dan buijaknya Sang Putri, semua Putra Mahkota yang datang melamarnya disanggupi, diluar kesadaran Sang Putri, bahwa sikapnya itu sikap yang kurang baik dan akan menjadi riskan bagi dirinya, sebagai seorang Putri Raja, Putri Mandalika memiliki prangai pendiam, sulit untuk mengutarakan permaslahan yang sedang dihadapinya, akhirnya semua tunangannya itu disanggupi pada tanggal dua puluh bulan sepuluh penanggalan Sasak, dimana pada waktu yang ditentukan Sang Putri tersebut adalah bulan-bulannya musim penghujan.

Tiba saatnya janji Sang Putri tersebut, maka semua Putra Mahkota datang bersama pasukan pengawalnya dengan membawa harta lamaran masing-masing, tidak dapat dielakkan lagi pertempuran terjadi disepanjang jalan menuju Tonjeng Beru sebagai akibat dari janji kolektif yang diucapkan sang putri kepada semua calon suaminya, Sang Putri mendengar berita tentang terjadinya pertempuran dalam perjalanan, Sang Putri semakin panik bahkan gusar sekali, akan tetapi walau demikian yang dipikirkan Sang Putri tidak akan mencetuskan perasaannya hatta kepada dayangnya sekalipun apalagi akan minta pendapat dari Sang Raja (ayahandanya).
Adalah hal yang sangat tidak disangka keputusan yang diambil dalam rangka mempertahankan konsistensinya, Sang Putri menceburkan dirinya kelaut yaitu tepatnya di pantai Segter, ketika SangPutri menceburkan dirinya ke laut itu, Putri Mandalika berpesan kepada segenap yang hadir dengan ucapan :

Wahai Kakanda-kakandaku yang sangat aku cintai dan kasihi, serta seluruh kalewarga Kerajaan Tonjeng Beru / Tunjung Biru aku ini telah melakukan kesalahan ( Nyalaq) karena semua kakanda-kakandaku adalah Satria yang gagah berani dan sakti mandraguna, disamping itu aku sangat mengasihi kalian sebagai kalawarga Tunjung Biru, jika aku diboyong oleh salah seorang kesatria yang ada ini, jelas akan timbul pertumpahan darah dan aku tidak akan bersama lagi dengan kalian, hal ini yang tidak dapat aku lakukan dan tidak akan pernah ada dihati dan pikiranku, sebagai seorang putri Raja yang konsekwen (Tindih) tidak akan pernah mengingkari janjinya, maka untuk memnuhi janji yang pernah aku ucapkan, maka aku akan menceburkan diri dilaut selatan ini, kelak pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak, aku akan muncul dengan wujud lain agar semua orang tidak ada kecuai akan menikmati dan merasakan kehangatanku 

Begitu ucapan Sang Putri berakhir, pada saat itulah Sang Putri menceburkan dirinya kelaut, sebagai mana fatwa Sang Putri, hingga saat ini oleh masyarakat komunitas Pujut khususnya setiap tahun selalu merayakan pesta Bau Nyale sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, oleh karena event ini tetap diselenggarakan oleh masyarakat bahkan juga dari luar Daerah juga ikut partisipasi, maka Pemda Kab. Lombok Tengah memperhatikan ini sebagai asset budaya yang setiap penyelenggaraannya telah menjadi koor event kegiatan budaya nasional.

sumber :  https://www.google.co.id/search?hl=en&site=imghp&tbm=isch&source=hp&biw=1360&bih=632&q=gambar+bau+nyale&oq=gambar+bau+nyale&gs_l=img.3...147.4109.0.4482.15.3.0.12.12.0.239.390.0j1j1.2.0....0...1ac.1.54.img..13.2.389._kcXgqN7Iw8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar